Review Film Oppenheimer Kemajuan Teknologi, dan Peperangan


Zeus menghukum Prometheus karena mencuri api dan memberikannya kepada manusia. Sebagai hukuman, Zeus mengikat Prometheus pada sebuah batu, di mana setiap hari seekor burung elang besar memakan hatinya. Namun, hatinya akan terus tumbuh kembali untuk kemudian dimakan lagi oleh burung elang itu keesokan harinya. Prometheus memberikan api tersebut kepada seorang manusia bernama J. Robert Oppenheimer.

Christopher Nolan berhasil mempertahankan ketertarikan penonton selama tiga jam dengan dialog-dialog menarik yang didukung oleh musik karya Ludwig Goransson. Kualitas musik dari Goransson memang sangat mengagumkan. Mulai dari awal hingga akhir film, Goransson berhasil menciptakan suasana tegang dan intensitas tinggi melalui musiknya. Semua elemen musik yang membangun ketegangan sejak awal kemudian menghilang dan meninggalkan keheningan saat Trinity, uji coba pertama peledakan bom atom di Los Alamos, dilakukan. Ini adalah pengalaman sinematik yang unik dan tak terlupakan. Kejeniusan Christopher Nolan tidak berhenti sampai di situ.

Garis waktu pertama yang berwarna menggambarkan cerita tentang Oppenheimer secara subyektif, yang menjadi tokoh utama dalam film ini. Di sisi lain, garis waktu kedua yang digambarkan dalam hitam putih mewakili sudut pandang orang lain terhadap Oppenheimer. Ceritanya mengeksplorasi bagaimana Oppenheimer akhirnya menciptakan senjata peledak terbesar yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.

Oppenheimer, seorang fisikawan jenius di bidang fisika kuantum, direkrut oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk mengembangkan senjata perang yang mematikan. Pada saat itu, fisikawan di seluruh dunia mulai memperhatikan pembuatan bom atom untuk tujuan pertahanan. Amerika, Uni Soviet, dan Jerman bersaing untuk menciptakan ancaman mematikan bagi dunia. Oppenheimer kemudian ditugaskan untuk bekerja pada Proyek Manhattan yang berlokasi di Los Alamos, New Mexico. Setelah tiga tahun perjuangan dan dengan biaya total mencapai 2 juta dolar AS (sejumlah besar pada masa itu), proyek tersebut akhirnya berhasil.

Oppenheimer dan timnya berhasil mengembangkan sebuah senjata yang memiliki kekuatan luar biasa. Senjata ini kemudian digunakan oleh Amerika Serikat terhadap Jepang dengan tujuan untuk “mengakhiri Perang Dunia II”. Di balik penciptaan bom atom pertama di dunia, Oppenheimer menghadapi tekanan dan motivasi yang jarang diketahui orang lain. Nolan mengungkapkan sisi-sisi tersebut melalui narasi dalam film Oppenheimer. Penonton dibawa ke dalam perasaan penyesalan Oppenheimer karena telah menciptakan Little Boy dan Fat Man, dua bom atom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Nolan menghadirkan film biopik yang komprehensif dengan berbagai narasi dan sudut pandang. Di satu sisi, Oppenheimer merasa bersalah karena menciptakan senjata pemusnah massal. Namun, di sisi lain, ia merasa bersyukur karena senjata tersebut tidak jatuh ke tangan Nazi dan Jerman. Meskipun penuh dengan penyesalan, Oppenheimer juga merasa lega karena peperangan akhirnya berhenti setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Di tengah-tengah konflik moral, kemajuan teknologi, dan akhir peperangan, Oppenheimer menjadi perantara antara Prometheus dan api Zeus yang dicurinya. Oppenheimer mungkin bukan film yang cocok untuk semua orang, termasuk para penggemar setia karya Nolan. Namun, film biopik ini memberikan banyak pelajaran tentang sosok penemu bom atom dunia kepada para penonton. Oppenheimer mulai dapat disaksikan di bioskop Indonesia mulai Rabu, 19 Juli 2023.

INSTASLOT88